top of page
Logo-512-01.png

Gapura Bajang Ratu
 

Gapura bajang ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Banyak dari masyarakat lokal menyebut Gapura Bajang Ratu adalah candi, tetapi tidak semua bangunan peninggalan sejarah dapat disebut sebagai candi. Candi berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja dewa atau para leluhur sedangkan Bajang Ratu berfungsi sebagai pembatas atau pintu masuk sehingga bangunan ini lebih tepat disebut sebagai gapura. 

​

Bajang dalam bahasa jawa artinya sesuatu yang tidak jadi dan Ratu yang berarti raja. Penamaan ini berkaitan dengan masa pemerintahan raja Jayanegara. Raja Jayanegara dua kali dinobatkan sebagai raja, yaitu sebagai raja muda dan raja utama Majapahit. Ia juga dianggap sebagai raja yang tidak sempurna karena tingkah lakunya yang tidak layak untuk dicontoh dan merupakan satu - satunya raja yang mati karena terbunuh. 

Kennedy/25

messageImage_1646143582036_edited.jpg

Pesta Sraddha atau upacara Sraddha adalah upacara pemujaan arwah yang dilakukan oleh umat Hindu di pulau Jawa, terutama saat zaman Kerajaan Majapahit. Sraddha disinggung dalam prasasti dari masa Majapahit Akhir. Rangkaian upacara berlangsung selama tujuh hari, dimulai dengan menghias singgasana yang akan digunakan. Sebagai pewaris tradisi, sekarang ini masyarakat pergi ke makam leluhurnya untuk membersihkan makam dam menaburi bunga. Kegiatan ini disebut juga dengan nyadran

Pada sayap kanan terdapat Relief Ramayana yang menggambarkan perang manusia dengan rahwana (manusia raksasa). Pada bagian atap Gapura Bajang Ratu terdapat ornamen kepala atau kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda dan relief bermata satu. Dalam kepercayaan budaya Majapahit, relief - relief ini diyakini memiliki fungsi sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. 

Bryan Wiguna/09

S__974861_edited.jpg

Gapura Bajang Ratu didirikan oleh Raja Majapahit ke-3 untuk memperingati kematian Raja Majapahit ke-2. Gapura ini di bangun dengan menggunakan bahan bata merah yang saling digosokkan satu sama lain dan memiliki tipe bentuk paduraksa. Pada kedua sisinya, terdapat sayap yang memiliki hiasan singa dan binatang bertelinga panjang yang tidak selesai sampai proses pemahatan. Pada sudut-sudut bagian bawah gapura terdapat hiasan dari relief yang menggambarkan cerita “Sri Tanjung” yang terdiri dari empat panel bergambar. Berdasarkan Relief Sritanjung, gapura ini diperkirakan berdiri pada 1340-an dan berhubungan dengan 12 tahun wafatnya raja Jayanegara dalam upacara adat Sraddha.

Maria Jocelyn/26

260628.jpg

Bajang Ratu dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat ritual dan beribadah. Upaya pelestarian Gapura Bajang Ratu dilakukan dengan bekerjasama dengan UU No. 9 tahun 2010 yang menyatakan siapa saja, baik masyarakat ataupun institusi dapat ikut serta melestarikan cagar budaya dan selalu melakukan koordinasi pada institusi yang peduli dengan peninggalan cagar budaya.

PREVIOUS

NEXT

Studi Sosial

Budaya

bottom of page